Saturday, April 28, 2012

Love Death Birth: Dampingi Aku Selamanya


Di sebuah rumah sederhana yang asri tinggal sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja. Pasangan ini dikarunia dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan. Sang suami adalah seorang pensiunan sedangkan istrinya adalah seorang ibu rumah tangga. Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah mereka menolak ketika putra - putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka. Jadilah mereka sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa di rumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu. Suatu senja ba'da isya di sebuah mesjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang ia kenakannya ke mesjid tadi. Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri.
"Kenapa Bu?"
Istrinya menoleh dan menjawab.
"Sandal Ibu tidak ketemu Pa."
"Ya udah pakai ini saja." kata suaminya sambil menyadarkan sandal yang dipakainya, walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal tersebut dengan berat hati. 
Menuruti kata suaminya adalah kebiasaannya. Jarang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami. Mengerti kegundahan sang istri, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istruinya.
"Bagaimana pun usaha ku untuk berterima kasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu takkan pernah setimpal dengan terhadap apa yang telah dilakukanku. Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untukku saat aku pulang, kaki yang mengantar anak - anakku ke sekolah tanpa lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhan dan anak - anakku."
Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan mereka pun mengarahkan langkahnya menuju rumah tempat bahagia mereka bersama. Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mengalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami pun dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya setelah selesai sang suami mencium jari - jari itu dengan lembut dan bergumam.
"Terima kasih."
"Tidak, Ibu yang seharusnya berterima kasih sama bapa telah membantu memotong kuku Ibu". Sang istri tersipu malu.
"Terima kasih untuk semua pekejaan luar biasa yang belum tentu aku bisa lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tahu takkan bisa membalasnya sampai kapanpun." kata suaminya tulus. Dua titik bening menggantung di sudut mata sang istri.
"Bapa kok bicara begitu? Ibu senang atas semuanya Pa. Apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa."

Hari jumat yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak memunaikan ibadah sholat ju'mat setelah berpamitan pada sang istri, Ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi. Tak ada tanda - tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya. Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia. Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah sholat tepatnya saat duduk , duduk menbaca tahyat akhir. Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk ke arah kiblat, ia menghadap yang Maha Kuasa.

"Subhanallah sungguh akhir yang perjalanan yang indah" gumam para jama'ah setelah menyadari kalau dia telah tiada. Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat ke mesjid. Terselip tanya dalam hatinya mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri di dunia ini. Kehilangan suami yang telah mendampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang namun ia tidak mengurangi keikhlasan hatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap sang Khalik. Dalam doa dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya di tempatkan pada tampat yang layak.

Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya. Dengan wajah cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut.
"Apa yang Bapa lakukan?" tanya istrinya senang bercampur binggung.
"Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang, Bapa tidak biasa tanpa Ibu bahkan setelah kehidupan di dunia berakhir, Bapa selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping Bapa binggung kemudian Bapa bilang pendampingnya tertinggal, Bapa pun mohon izin untuk menjempt Ibu".
Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata.
"Ibu khlas Bapa pergi tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri, kalau ada kesempatan mendampingi Bapa sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia - siakan. Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman. Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya.

No comments:

Post a Comment